26 Komentar

Keputusan Pemerintah Tentang Penetapan 1 Syawal 1433 H / Lebaran Hari Raya Idul Fitri 2012, Kapan?

Update Status Hari Raya IduL Fitri 2012

“Walaupun Muhammadiyah sudah menetapkan Bahwa Hari Raya Idul Fitri jatuh Pada Tanggal 19 Agustus 2012, Tapi ane tetap Nunggu Keputusan Pemerintah Tentang Penetapan 1 Syawal 1433 H / Lebaran Hari Raya Idul Fitri 2012”

Selamat Hari Raya IduL Fitri 1 Syawal 1433 H (2012)

Minal Aidin Wal Faizin
Mohon Maaf Lahir & Bathin
Taqobbalallahu Minna Waminkum..

Dikirim dari WordPress untuk BlackBerry.

26 comments on “Keputusan Pemerintah Tentang Penetapan 1 Syawal 1433 H / Lebaran Hari Raya Idul Fitri 2012, Kapan?

  1. Yang paling dikorbankan adalah wilayah timur. Kami ummat Islamdi Merauke sanagt gelisah apalagi sidang Isbath larut malam, kegiatan spt takbir keliling berantakan, yang sudah tidur tak tahu apa besok puasa atau lebaran. Jadi kalau bisa sebelum sidang isbath dilaksanakan sudah ada rencana putusan yang sampai lebih dulu kpd Pemerintah di wil. timur

  2. Menurut informasi, sidang isbat penetapan keputusan oleh menteri agama RI akan diadakan tanggal 18 Agustus 2012, semoga hasil sidang isbat tahun ini hari raya idul fitri bisa sama sama. آَمِيْن يَارَبَّ الْعَالَمِيْن

  3. y mudah2n sama…
    lebih cepat lebih baik.. 🙂

  4. HANYA TUHAN YANG TAHU
    KARNA KITA EMANG B O D O H ngaku la haula tak ada usaha GAK MAU TAU masih nunggu kata orang coba tanya Tuhan apa katanya liat aja peredaran bulan masa anda kita tak bisa hitung bulan purnama jatuh tanggal berapa Ramadhan kemarin

  5. Belajarlah dari orang Bali karena mereka punya kalendar detil tentang “Sasi”. Penetapan kapan bulan purnama, tilem dan waktu-waktu tertentu. Sebagai orang Jakarta dan sekarang tinggal di Bali, punya kalendar Bali sangat membantu. Mereka tidak berantem satu sama lain. Tidak seperti orang Islam yang tidak bisa bersatu.

  6. keputusan pemerintah dalam hal menentukan awal puasa dan awal hari raya menurut pengalaman saya adalah sering tidak tepat sehingga menimbulkan kebingungan dan kekacauan dalam kegiatan ibadah yg bersifat massal untuk umat islam. menurut kajian ilmu astronomi modern alangkah baiknya dalam hal penentuan setiap awal bulan hijrah sebaiknya pemerintah menggunakan teknologi satelit luar angkasa yang tingkat presisi dan kualitasnya sangat bagus dijamin tepat mencapai 99.8% (metode indra penglihatan jarak jauh frekuensi satelit) disamping menggunakan metode rukyat (melihat bulan menggunakan mata atau teleskop), bukankah dana yang diambil oleh negara kita dari pajak yang kita bayarkan jika dihitung total semuanya sangat banyak, sehingga apa salahnya jika pemerintah berfikir lebih jauh mutakhir untuk penggunaan teknologi satelit luar angkasa agar umat islam di indonesia bahkan di dunia dapat bersatu dan kompak untuk mencapai masyarakat islam yang menjadi umat yang lebih terbaik dibandingkan umat yang lain di dunia ini.

  7. Ga’ tau mana yang benar pemerintah to muhammadiyah. Qt y g tau ape2 jdi bingung. Tpi y jelas tgl 1 ramadhan ato 1 syawal ga’ mungkinlah dua kali

  8. jangan disoalin kapan 1 syawalnya yang penting ikutin aja apa yang menurut kita paling benar dan jangan nyalahin yag enggak sama dengan kita, end tingkatkan ketaqwaan, silaturahmi, tebarkan kasih sayang dan saling memberi diantara sesama kita, by amirudin

  9. Serahkan segala sesuatu pada ahlinya, Insya Allah, kita tergolong orang-orang yang beruntung. jangan suka memvonis satu sama lain sebelum kita tahu ilmunya.

  10. Mau ikut pemerintah atau tidak terserah masing2 Tapi klu kita lihat penetapan hari raya dimekkah kenapa sama dengan muhammadiyah.Kenapa Penetapan pemerintah sering berbeda dengan mekkah.Apakah pemahaman islam dinegara kita ini jauh lebih baik ketimbang mekkah tempat diturunkan pertama kali agama ini

  11. Sebenarnya idul fitri jatuh tanggal berapa sich? Jadi bingung harus ikut pemerintah atau muhammadiyah?

  12. MenurutQ klo udah puasa slama 30 hari ya besokNy tu brarti 1syawal n wktuNy hari raya..,

  13. huh pemerintah sekarang bikin bingung umat

  14. janganlah mmpercepat lebaran,,,n jngan lah mndengar apa yg tdak jelas,,,apa bila klian ragu dnga datang’a lebaran,dan kpan brakhir’a ramadhan,,sebaik’a berpuasalah klian genap slama 30 hari,,dan brbukalah untuk merayakan 1 syawal 1433 H

  15. Belajarlah dari Al-quran dan Hadist yang benar2 sdh menjadi pedoman umat muslim disitu sdh jelas petunjuknya, bhw pd zaman nabi umat nabi muhamad pd zaman dulu blm pandai mengitung” skrg zaman sdh canggih, utk menentukan hari besar sdh bisa dilakukan dgn hisab, sama halnya menentukan waktu sholat, jd jgn selalu menunggu “apa kata pemerintah” yang bahkan Al-qur’an saja bisa di korupt, kita diberi akal utk berpikir.., jadi manusia itu diciptakan diberi akal utk menjadi cerdas, urusan Agama bkn menjadi ikut2an tetapi juga mengkaji ilmu Al-quran, salut utk warga Muhamadiyah penentuan iedul fitri tahun lalu juga tepat, krn kakak saya yg pd idul fitri thn lalu berada di Afrika juga melaksanakan hari raya yang sama, juga di Malaysia, bahkan di Saudi Arabia….,

  16. Sebenarnya lebaran kapan sih, kami yg di Indonesia Tengah jdi bingung, besok atau lusa lebarannya.

  17. Rasulullah sebenarnya sudah memberikan petunjuk cara menetapkan awal Ramadhan, melalui hadits yang masih tercatat sampai sekarang. Cukup simpel, mudah, dan tidak memberatkan.
    Saya nukilkan hadits dari kitab Shahih Bukhari.
    No. Hadist: 1773
    حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ حَدَّثَنَا مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ رَمَضَانَ فَقَالَ لَا تَصُومُوا حَتَّى تَرَوْا الْهِلَالَ وَلَا تُفْطِرُوا حَتَّى تَرَوْهُ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ
    Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami Malik dari Nafi’ dari ‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan tentang bulan Ramadhan lalu Beliau bersabda:“Janganlah kalian berpuasa hingga kalian melihat hilal dan jangan pula kalian berbuka hingga kalian melihatnya. Apabila kalian terhalang oleh awan maka perkirakanlah jumlahnya (jumlah hari disempurnakan) “.
    No. Hadist: 1774
    حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ حَدَّثَنَا مَالِكٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُونَ لَيْلَةً فَلَا تَصُومُوا حَتَّى تَرَوْهُ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثَلَاثِينَ
    Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami Malik dari ‘Abdullah bin Dinar dari ‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Satu bulan itu berjumlah dua puluh sembilan malam (hari) maka janganlah kalian berpuasa hingga kalian melihatnya. Apabila kalian terhalang oleh awan maka sempurnakanlah jumlahnya menjadi tiga puluh”.
    No. Hadist: 1776
    حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ زِيَادٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ قَالَ قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ
    Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Syu’bah telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ziyad berkata, aku mendengar Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, atau katanya Abu Al Qasim shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Berpuasalah kalian dengan melihatnya (hilal) dan berbukalah dengan melihatnya pula. Apabila kalian terhalang oleh awan maka sempurnakanlah jumlah bilangan hari bulan Sya’ban menjadi tiga puluh”.
    Mudah kan? Melihat… bukankah semua orang selama punya mata yang normal bisa melihat? Rasulullah tidak membebani umatnya dengan hal-hal yang memberatkan, hanya saja kadang umatlah yang membebani diri sendiri dengan hal-hal yang berat.
    Dari hadits di atas kita bisa tahu, bahwa penentuan awal Ramadhan dengan melihat bulan sabit di penghabisan tanggal 29 sya’ban, bukan tanggal 28, 27, atau sebelumnya seperti yang dilakukan kelompok Tharikat sattariyah di Padang Pariaman Sumatra Barat. Tanggal 28 itu masih disebut bulan mati, secara akalpun tak akan bisa dilihat.
    Sedangkan benda yang menjadi pijakan dalam hal penentuan awal Ramadhan adalah bulan sabit, bukan yang lain seperti yang dilakukan kelompok jamaah an nadzir di Gowa, Sulawesi Selatan. Mereka menggunakan tinggi gelombang air laut.
    Metoda yang dilakukan Rasulullah adalah dengan melihat, bukan menghitung.Melihat berarti membuktikan bahwa bulan memang terlihat, sedangkan ketika kita menghitung dan menetapkan , seakan-akan semua itu pasti adanya. Padahal di dunia ini tidak ada yang pasti. Apakah ketika hitungan kita mengatakan tanggal sekian bulan terlihat, itu akan pasti terlihat? Belum tentu…kita harus bisa membuktikan dengan melihat. Akhir dari segala keputusan adalah dengan melihat.
    Ketika akhir tanggal 29 sya’ban kita tidak bisa melihat bulan sabit, maka petunjuk Rasulullah, genapkan bulan Sya’ban menjadi 30 hari. Tidak terlihatnya mungkin dikarenakan memang belum muncul, atau terhalang mendung. Tidak usah was-was, karena semua itu sudah sesuai pesan Rasulullah.
    Cukup mudah kan, ketika kita beribadah berdasar ilmunya, kita tidak akan merasa berat. Ini bukan berarti saya pro dengan salah satu kelompok, dan kontra dengan kelompok yang lain. Saya hanya berusaha mengamalkan apa yang dibawa Rasulullah dalam haditsnya, itu saja. Seandainya satu kelompok itu sudah tidak sesuai dengan petunjuk Rasulullah, maka saya tetap mencari kelompok yang mengamalkan hadits ini.
    Semoga ilmu yang dibawa Rasulullah ini tidak akan punah karena umat Islam mencari jalan lain dalam menentukan awal Ramadhan. Ini bisa saja terjadi karena alasan perkembangan jaman, maka ilmu ini ditinggalkan. Padahal ketika jaman Rasulullah dulu, ketika belum ditemukan peralatan canggih, hanya dengan menggunakan mata telanjang mereka bisa melihat bulan sabit untuk menentukan awal Ramadhan. Kalau bukan kita orang Islam, siapa lagi yang harus menguri-uri ilmu Rasulullah.

  18. Siapa yang bisa belajar dari Al Qur’an kalau yang belajar orang awan seperti mbak azzahra, tidak ngerti bahasa arab, tidak ngerti tafsir Al Qur’an, tidak ngerti Hadist Nabi, tidak ngerti ushul Hadist, tidak ngerti fiqih, tidak ngerti ushul fiqih, tidak ngerti kaedah-kaedah fiqih dan laln-lain yang merupakan pelengkap untuk melakukan ijtihad dalam penetapan berbagai hukum. Kalau seperti ini ya jelas kita serahkan dengan ahlinya, pemerintah memiliki orang-orang yang berkompetensi dalam hal cabang-cabang disiplin ilmu keagamaan, jadi bagi anda yang tidak memilki dan bahkan tidak pernah mengecap disilpin-disiplin ilmu keagamaan jangan anda angkat bicara, bisanya mengacaukan pemerintah, seperti kaya mbak ini.

  19. Pernahkah anda membaca pemaparan yang disampaikan oleh ulama kenamaan al Imam Jalaluddin as Sayuthi di dalam kitab beliau Tanwirul Hawalik (kitabus syiam, hal: 275, penerbit : Darul Kutub al Ilmiyah) syarah Muwaththa al Imam Malik tentang hadist yang diriwayatkan oleh al Imam Malik :
    عن مالك عن نافع وعبد الله بن دينار عن ابن عمر : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم ذكر رمضان فقال : لا تصوموا حتى تروا الهلال ولا تفطروا حتى تروه فإن غم عليكم فاقدروا له
    Artinya : dari Malik dari Nafi’ dan Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar : bahwa Rasulullah saw pernah menyebut tentang Ramadhan, beliau bersabda : Janganlah kalian berpuasa sehingga kalian melihat bulan, dan jangan pula kalian berbuka (berhari raya) sehingga kalian melihat bulan, jika penglihatan kalian terhalang oleh awan, maka sempurnakanlah perhitungannnya menjadi 30 hari.
    Mengenai hadist tersebut di atas al Imam Sayuthi mengatakan :
    وذهب الأئمة الثلاثة والجمهور إلى أن معناه قدروا له تمام العدد ثلاثين يوما كما في الرواية الأخرى قال المازري حمل جمهور الفقهاء قوله فاقدروا له على أن المراد إكمال العدد ثلاثين كما فسره في حديث آخر قالوا ولا يجوز أن يكون المراد حساب المنجمين لأن الناس لو كلفوا به ضاق عليهم لأنه لا يعرفه إلا أفراد والشرع إنما يعرف الناس بما يعرفه جماهيرهم انتهى
    Artinya : Para imam ketiga mazhab (Abu Hanifah, Malik, Syafi’i) dan mayoritas ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan hadist tersebut adalah : sempurkanlah hitungan ramadhan yang tidak terlihat hilalnya menjadi 30 hari, hal ini sebagaimana yang disebut diriwayat lain. Senada dengan pendapat tersebut Al Imam al Marizi juga mengatakan : mayoritas para ulama fiqih mengartikan lafadz : فاقدروا له, dengan menyempurnakan menjadi 30 hari sebagaimana yang ditafsirkan/dijelaskan dihadist lain. Mayoritas ulama fiqih mengatakan : Tidak boleh diartikan dengan hisab/perhitungan para ahli astronomi, karena andaikata manusia diberikan beban hukum seperti itu, pasti mereka tidak akan mampu, sebab tidak ada yang mengerti tentang astronomi kecuali hanya segelincir orang. Sedangkan syariat ini diketahui orang menurut yang diketahui mayoritas orang banyak.

    Jadi, ketika anda berbicara anda harus punya dasar sebagaimana saya berbicara saya pun memiliki dasar. Jangan anda sok-sok memberi komentar, ntar anda yang dikira menentang pemerintah.

Tinggalkan Balasan ke jemujumono@yahoo.com Batalkan balasan